Oleh: Farninda Aditya
Imaji Budaya, Imaji Sosial, Imaji
Cinta. Itulah bagian imaji yang ada dalam buku Kalbar Berimajinasi, sebuah
karya luar biasa dari 25 penulis sastrawan di Kalimatan Barat.
Beragam sudut pandang disajikan
dengan tema yang sama, lokalitas Kalimantan barat. Dalam cerita ini berbagai
ciri dari tiap daerah di Kalimantan Barat ditunjukkan. Keeksotikan panorama daerah-daerah
di Kalimantan Barat ikut menjadi daya tarik dalam cerita. Geografi yang diambil
oleh penulis menjadi ciri tersendiri dalam cerita yang ditampilkan.
Imaji budaya yang menjadi bagian
imaji pertama dalam urutan buku ini. Imaji ini memberikan nuansa yang berbeda.
Sesuatu yang tidak banyak diketahui oleh masayarkat Kalbar sendiri.
Budaya-budaya yang sudah hampir hilang, budaya yang ada tapi tidak banyak yang
mengetahuinya. Dari cerita dibagian Imaji budaya inilah, budaya itu diperkenalkan
lagi, dilestrarikan lagi. Lagi dalam cerita, dalam sebuah karya sastra.
Saifun Arif Kojeh dengan
tulisannya yang berjudul Antu Bengkek. Jika orang Indonesia umumnya, mungkin
hanya mengetahui hantu seperti Kuntilanak, Pocong, Genderuwo, Wewe Gombel,
Suster Ngesot, atau hantu Ratu Goyang Kerawang yang sudah mem-booming dalam layar lebar, tetapi Antu
Bengkek yang diceritakan oleh penulis dari Ketepang ini adalah hantu yang tidak
banyak orang mengetahuinya. Hantu yang sekiranya hanya di lokal yang disebutkan
dalam cerita yang tahu.
Cerita berlatar budaya dengan
unsur horror. Suatu yang berbeda. Cerita ini menunjukkan bahwa setiap daerah
mempunyai banyak cerita, termasuk dalam cerita hantu.
Begitu pula imaji-imaji budaya
lainnnya; 1) Dedy Ari Asfar yang menulis
tentang Kearifan Tradisional Iban dengan tokoh Boni, seorang pemuda Iban yang
memegang teguh filosofi Iban “Agik Idup Agik Ngelaban” filosofi ini jugalah
yang menjadi judul dalam cerita. 2) Riani Kasih dengan ceritanya berjudul
Balada Bala tentang bala yang datang karena hutan ditebang karena emas
ditambang. Cerita ini juga memiliki pesan yang sama dengan cerita Boni yakni;
keserakahan manusia yang tidak memperhatikan alam hingga mendatangkan bala. 3)
Cerita tentang bala juga menjadi pilihan untuk Zani El Kayong berjudul
Menantang Bala. Dan imajiner Budaya lainnya 4) Mahabbatusy Syuaraa berjudul
Mantra di Pelosok Kampung tentang sekelompok mahasiswa yang meneliti Sastra
Mantra di daerah Sambas. 5) Dukun Tuba yang ditulis oleh E.Widiantoro. 6) Parit
Lintang oleh Ffate’, 7) Sampuk untuk
Banin yang ditulis oleh Yusriadi.
Keunikan dari buku yang
diterbitkan oleh Stain Press ini tidak hanya ada pada segi budayanya saja. Tak
kalah dengan cerita dalam Imaji Sosial. Tentang beragam kehidupan di masyarakat
ditunjukkan oleh para penulis yang juga berasal dari berbagai daerah. Suatu
kehidupan lain yang mungkin pernah dijumpai, namun menjadi menarik karena
diceritakan dalam bentuk dulisan. Dari inilah gambaran kehidupan membuat kita
menjadi lebih peka mengenai kehidupan.
1) Hardianti dengan tulisannya berjudul Politikus Warung Kopi. Warung
kopi yang beda dengan Warkop lainnya karena masyarakat di tepian Kapuas ini
membicarakan banyak tentang masalah di negeri hal dengan “Kepala dingin dan
segelas kopi” bukan dengan “Adu mulut, adu otot, dan juga adu kepentingan”. 2)
Haries Pribady berkisah tentang bagaimana senangnya orang Brunei Darussalam
menikmati kuliner khas Pontianak berjudul Kopi Susuku. Dan cerita lainnya di
imaji social ini 3) Kamar 9B ditulis oleh Pradono, 4) Titik dan Air Mata cerpen
dari Wyaz Ibn Sinentang, 4) Masih Cerita oleh Utin Erliana, 5) Omy Bintun Nahl
menulis Senyum Ini untuk Ayah, 5) Nasi Ubi Uwan Misra.
Begitu pula dengan imaji cinta.
Kisah cinta yang memang tidak ada habis-habisnya menjadi daya tarik tersendiri.
Namun, di bagian Imaji Cinta, kisah cinta
itu diwarnai dengan latar lokal yang sangat khas, tentang pertemuan cinta pada
diri beragam etnik. Tentang cinta dan orang tua. Cinta pada Ilahi, Cinta
terhalang zaman. Keragaman ini menjadikan cerita cinta lebih kaya. Imaji-imaji cinta ini ditulis oleh; 1) Abdul
Hamid berjudul Perempuan Berkalung Salib, 2) Nurlia berjudul Antara Cintanya
dan Cinta-Nya, 3) Aku Bukan Siti Nurbaya oleh Marsita Riandini, 4) Cinta Su
Ling oleh Hikmah, 5) Reni Yusnita dengan
ceritanya cintanya berjudul Surat untukmu Sayang, 6) Siti Hanina berkisah cinta
dengan Cinta Pindah Rumah, 7) Abdul Rani menunjuk Kapuas sebagai saksi cintanya
dalam cerita berjudul Puisi Cinta Kapuas, 8) Tentang cinta sejati yang disetia
dalam hati ditulis oleh Mardian Sagiant dengan cerita Perkamen Mei, 9) Cerita Cinta yang sulit ditebak
berasal dari Danau Sentarum ditulis oleh Fitriani berjudul Pandurata, dan 10) Redi Yosianto berjudul Kawin, 11)
Bermula dari Batu Layang oleh Holi Hamidin dan 12) oleh Farninda Aditya
berjudul Menggaet Keponakan Ko A Tong.
Kalbar Berimajinasi tidak hanya
mempertemukan beragam Imaji di dalamnya. Namun berbagai daerah menyatu, penulis
bertemu, dan kekuatan sastra Kalimantan Barat semakin erat.
Desain sampul: Ibn Phani Busya |
Baru liat nin...
BalasHapus